Jumat, 31 Desember 2010

Makalah Akhlaq : Taqwa, Ridha, Khauf dan Raja'


A.    TAQWA
1.             Pengertian Taqwa
Secara etimologis kata ini merupakan bentuk masdar dari kata ittaqâ–yattaqiy (اتَّقَى- يَتَّقِىْ), yang berarti “menjaga diri dari segala yang membahayakan”.
Dalam istilah syar‘i (hukum), kata taqwâ mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah Swt. dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa taqwa adalah mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. ‘Afif ‘Abd al-Fattah Thabbarah dalam bukunya Ruh ad- Din al-Islam mendefinisikan taqwa dengan :
“Seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain”
Kalau boleh kita buat perumpamaan, hidup bertaqwa di dunia ibarat berjalan di tengah rimba belantara. Seseorang akan berjalan di dalam rimba dengan sangat hati-hati. Dia awas terhadap lobang supaya tidak terperosok ke dalamnya, awas terhadap duri supaya tidak melukai kulitnya, awas terhadap binatang supaya tidak menerkamnya. Seorang yang bertaqwa harus hati-hati sekali dalam menjaga segala perintah Allah, supaya tidak meninggalkannya. Hati-hati terhadap menjaga larangan Allah supaya tidak melanggarnya, hingga dia dapat selamat hidup di dunia dan di akhirat. Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya, taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 177, Allah mendefinisika kata al-birru dengan Iman (Beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat-malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi), Islam (Mendirikan sholat dan menunaikan zakat) dan Ihsan (Mendermakan harta yang dicintainya, menepati janji dan sabar). Setelah disebutkan berganti-ganti beberapa bagian dari Iman, Islam, dan Ihsanitu, lalu Allah menutupnya dengan kalimat: “Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yanga bertaqwa”. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa dalam ayat tersebut taqwa dicirikan dengan Iman, Islam dan Ihsan.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 3-4 disebutkan pula empat kriteria orang-orang bertaqwa, yaitu :
1.                  Beriman kepada yang ghaib
2.                  Mendirikan sholat
3.                  Menafkahkan sebagian rezki yang diterimanya dari Allah,
4.                  Beriman dengan Kitab Suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci lainnya, dan
5.                  Beriman dengan hari akhir
Sementara itu, dalm surat Ali Imran ayat 134-135 disebutkan ada 4 ciri-ciri orang yang betaqwa, yaitu :
1.                  Dermawan (menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit).
2.                  Mampu menahan marah,
3.                  Pemaaf,
4.                  Istighfar dan bertaubat dari kesalahan-kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek Ihsan.
Dari beberapa ayat yang dijelaskan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hakikat taqwa adalah memadukan secara integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan demikian, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi Mukmin, Muslim, dan Muhsin. Didalam surat Ali Imran ayat 102 Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya bertaqwa kepada-Nya denga maksimal, yaitu dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki. Firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Q.S Ali Imran 3:102)
2.             Ciri-ciri taqwa : Cinta Kepada Allah
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseoran terpaut hatinya kepada apa yang telah di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Cinta dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang.Islam tidak hanya mengakui keberadaan cinta itu pada diri manusia, tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia. Bagi setiap mukmin, cinta, pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah SWT. Allah lebih dicintainya daripada segala-galanya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah 2 : 165)
Kenapa dia mencintai Allahh lebih dari segala-galanya? Tidak lain karena dia menyadari bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, dan Allah yang mengelola dan memelihara seluruh isinya.
Cinta kepada Allah SWT itu bersumber dari Iman (Q.S Al-Baqarah 2:165). Semakin tebal iman seseorang semakin tinggi cintanya kepada Allah. Bahkan bila disebutkan nama Allah hatinya akan bergetar :
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hati mereka…” (Q.S Al-Anfal 8;2)
B.       Ridha
1.      Definisi Ridha
Ridho adalah Seseorang harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya. Dia akan melaksanakan semua perintah, meninggalkan semua larangan dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk-Nya juga dengan senang hati. Dia dapat ridha karena dia mencintai Allah dan yakin bahwa Allah yang maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Yang Maha Bijaksana tentulah tidak akan membuat suatu aturan yang tidak sesuai atau akan merugikan umat manusia makhluk ciptaan-Nya.
Dengan keyakinan seperti itu dia juga akan rela menerima segala qadha dan qadhar Allah terhadap dirinya. Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan, dan akan bersabar atas segala cobaan.
2.         Makna Ridha
Ridha merupakan salah satu sarana untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan ridha kita dapat menerima segala aturan, baik itu perintah ataupun larangan-Nya. Didalam kehidupan ini senantiasa kita harus bersikap ridha, dan semua itu tergantung pada diri kita masing-masing dalam melaksanakannya.
C.      Khauf
1.         Definisi Khauf
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Dalam islam semua rasa takut harus bersumber dari rasa takut kepada Allah SWT semata. Hanya Allah-lah yang paling berhak ditakuti oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya. Allah SWT berfirman :
Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka Telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(Q.S At-Taubah 9: 13)
            Ada dua sebab kenapa seseorang takut kepada Allah SWT menurut Sayyid Sabiq, yaitu :
1.                  Karena dia mengenal Allah (marifatullah). Takut seperti ini dinamai dengan khauf al-Arifin. Semakin sempurna pengenalannya terhadap Allah semakin bertambah takutnya. Allah SWT menyatakan bahwa para ulama lah yang benar-benar takut kepada-Nya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama I(QS . Fathir 35: 28)
2.                  Karena dosa-dosa yang dilakukannya, dia takut akan azab Allah SWT.
Rasulullah saw adalah hamba Allah yang paling mengenal Khaliqnya. Oleh sebab itu beliaulah yang paling takut kepada Allah dibandingkan dengan siapapun.
Sejalan dengan yang dikemukakan Sayyid Sabiq, Ahmad Faridh menyatakan bahwa orang yang takut kepada Allah bukanlah orang yang bercucuran air matanya lalu mengusapnya, tetapi orang yang takut kepada Allah ialah orang yang meninggalkan sesuatu perbuatan yang ia takuti hukumannya. Khauf bias membakar nafsu syahwat sehingga maksiat yang digemari menjadi ditakuti sebagaimana madu menjadi ditakuti oleh orang yang menyukainya, ketika dia tahu bahwa madu itu ada racunnya, dengan segera ia tidak menyukainya lagi.
D.      Raja
1.         Definisi Raja
Rajaatau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Rajaharus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Harapan tanpa usaha namanya angan-angan kosong (tamanni).
Dalam hal ini Allah SWT  menyatakan bahwa orang-orang yang beriman, hijrah dan berjihad fi sabilillah mengharapkan rahmat Allah SWT. Dalam surat Al-baqarah Allah mengatakan dalam firman-Nya yang artinya :
 Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah ayat 218)
Barangsiapa yang harapan dan penantiannya menjadikannya berbuat ketaatan dan mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapannya benar. Sebaliknya, barangsiapa yang harapannya hanya berupa angan-angan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka harapannya itu sia-sia dan dan percuma.
Seorang mukmin haruslah memiliki sikap rajaBila beribadah dan beramal, dia penuh harap dan semua amalannya akan diterima oleh Allah dengan balasan yang berlipat ganda. Bila berbuat maksiat, kemudian menyadarinya, dia segera minta ampun dan penuh harap Allah SWT akan mengampuninya. Dia yakin Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Maha Pengampun terhadap hamba-hamba-Nya.














Makalah Akhlaq : Taqwa, Ridha, Khauf dan Raja'


A.    TAQWA
1.             Pengertian Taqwa
Secara etimologis kata ini merupakan bentuk masdar dari kata ittaqâ–yattaqiy (اتَّقَى- يَتَّقِىْ), yang berarti “menjaga diri dari segala yang membahayakan”.
Dalam istilah syar‘i (hukum), kata taqwâ mengandung pengertian “menjaga diri dari segala perbuatan dosa dengan meninggalkan segala yang dilarang Allah Swt. dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya”.

Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa taqwa adalah mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. ‘Afif ‘Abd al-Fattah Thabbarah dalam bukunya Ruh ad- Din al-Islam mendefinisikan taqwa dengan :
“Seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang mendatangkan mudharat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain”
Kalau boleh kita buat perumpamaan, hidup bertaqwa di dunia ibarat berjalan di tengah rimba belantara. Seseorang akan berjalan di dalam rimba dengan sangat hati-hati. Dia awas terhadap lobang supaya tidak terperosok ke dalamnya, awas terhadap duri supaya tidak melukai kulitnya, awas terhadap binatang supaya tidak menerkamnya. Seorang yang bertaqwa harus hati-hati sekali dalam menjaga segala perintah Allah, supaya tidak meninggalkannya. Hati-hati terhadap menjaga larangan Allah supaya tidak melanggarnya, hingga dia dapat selamat hidup di dunia dan di akhirat. Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada hakikatnya, taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 177, Allah mendefinisika kata al-birru dengan Iman (Beriman kepada Allah, Hari Akhir, Malaikat-malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi), Islam (Mendirikan sholat dan menunaikan zakat) dan Ihsan (Mendermakan harta yang dicintainya, menepati janji dan sabar). Setelah disebutkan berganti-ganti beberapa bagian dari Iman, Islam, dan Ihsanitu, lalu Allah menutupnya dengan kalimat: “Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yanga bertaqwa”. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa dalam ayat tersebut taqwa dicirikan dengan Iman, Islam dan Ihsan.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 3-4 disebutkan pula empat kriteria orang-orang bertaqwa, yaitu :
1.                  Beriman kepada yang ghaib
2.                  Mendirikan sholat
3.                  Menafkahkan sebagian rezki yang diterimanya dari Allah,
4.                  Beriman dengan Kitab Suci Al-Qur’an dan kitab-kitab suci lainnya, dan
5.                  Beriman dengan hari akhir
Sementara itu, dalm surat Ali Imran ayat 134-135 disebutkan ada 4 ciri-ciri orang yang betaqwa, yaitu :
1.                  Dermawan (menafkahkan hartanya baik waktu lapang maupun sempit).
2.                  Mampu menahan marah,
3.                  Pemaaf,
4.                  Istighfar dan bertaubat dari kesalahan-kesalahannya. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek Ihsan.
Dari beberapa ayat yang dijelaskan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hakikat taqwa adalah memadukan secara integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan demikian, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi Mukmin, Muslim, dan Muhsin. Didalam surat Ali Imran ayat 102 Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya bertaqwa kepada-Nya denga maksimal, yaitu dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki. Firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Q.S Ali Imran 3:102)
2.             Ciri-ciri taqwa : Cinta Kepada Allah
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseoran terpaut hatinya kepada apa yang telah di cintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Cinta dengan pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang.Islam tidak hanya mengakui keberadaan cinta itu pada diri manusia, tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia. Bagi setiap mukmin, cinta, pertama dan utama sekali diberikan kepada Allah SWT. Allah lebih dicintainya daripada segala-galanya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah 2 : 165)
Kenapa dia mencintai Allahh lebih dari segala-galanya? Tidak lain karena dia menyadari bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya, dan Allah yang mengelola dan memelihara seluruh isinya.
Cinta kepada Allah SWT itu bersumber dari Iman (Q.S Al-Baqarah 2:165). Semakin tebal iman seseorang semakin tinggi cintanya kepada Allah. Bahkan bila disebutkan nama Allah hatinya akan bergetar :
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hati mereka…” (Q.S Al-Anfal 8;2)
B.       Ridha
1.      Definisi Ridha
Ridho adalah Seseorang harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perintah, larangan ataupun petunjuk-petunjuk lainnya. Dia akan melaksanakan semua perintah, meninggalkan semua larangan dan mengikuti semua petunjuk-petunjuk-Nya juga dengan senang hati. Dia dapat ridha karena dia mencintai Allah dan yakin bahwa Allah yang maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang, Yang Maha Mengetahui segala-galanya, Yang Maha Bijaksana tentulah tidak akan membuat suatu aturan yang tidak sesuai atau akan merugikan umat manusia makhluk ciptaan-Nya.
Dengan keyakinan seperti itu dia juga akan rela menerima segala qadha dan qadhar Allah terhadap dirinya. Dia akan bersyukur atas segala kenikmatan, dan akan bersabar atas segala cobaan.
2.         Makna Ridha
Ridha merupakan salah satu sarana untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, dengan ridha kita dapat menerima segala aturan, baik itu perintah ataupun larangan-Nya. Didalam kehidupan ini senantiasa kita harus bersikap ridha, dan semua itu tergantung pada diri kita masing-masing dalam melaksanakannya.
C.      Khauf
1.         Definisi Khauf
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Dalam islam semua rasa takut harus bersumber dari rasa takut kepada Allah SWT semata. Hanya Allah-lah yang paling berhak ditakuti oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada-Nya. Allah SWT berfirman :
Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka Telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.(Q.S At-Taubah 9: 13)
            Ada dua sebab kenapa seseorang takut kepada Allah SWT menurut Sayyid Sabiq, yaitu :
1.                  Karena dia mengenal Allah (marifatullah). Takut seperti ini dinamai dengan khauf al-Arifin. Semakin sempurna pengenalannya terhadap Allah semakin bertambah takutnya. Allah SWT menyatakan bahwa para ulama lah yang benar-benar takut kepada-Nya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama I(QS . Fathir 35: 28)
2.                  Karena dosa-dosa yang dilakukannya, dia takut akan azab Allah SWT.
Rasulullah saw adalah hamba Allah yang paling mengenal Khaliqnya. Oleh sebab itu beliaulah yang paling takut kepada Allah dibandingkan dengan siapapun.
Sejalan dengan yang dikemukakan Sayyid Sabiq, Ahmad Faridh menyatakan bahwa orang yang takut kepada Allah bukanlah orang yang bercucuran air matanya lalu mengusapnya, tetapi orang yang takut kepada Allah ialah orang yang meninggalkan sesuatu perbuatan yang ia takuti hukumannya. Khauf bias membakar nafsu syahwat sehingga maksiat yang digemari menjadi ditakuti sebagaimana madu menjadi ditakuti oleh orang yang menyukainya, ketika dia tahu bahwa madu itu ada racunnya, dengan segera ia tidak menyukainya lagi.
D.      Raja
1.         Definisi Raja
Rajaatau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Rajaharus didahului oleh usaha yang sungguh-sungguh. Harapan tanpa usaha namanya angan-angan kosong (tamanni).
Dalam hal ini Allah SWT  menyatakan bahwa orang-orang yang beriman, hijrah dan berjihad fi sabilillah mengharapkan rahmat Allah SWT. Dalam surat Al-baqarah Allah mengatakan dalam firman-Nya yang artinya :
 Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah ayat 218)
Barangsiapa yang harapan dan penantiannya menjadikannya berbuat ketaatan dan mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapannya benar. Sebaliknya, barangsiapa yang harapannya hanya berupa angan-angan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka harapannya itu sia-sia dan dan percuma.
Seorang mukmin haruslah memiliki sikap rajaBila beribadah dan beramal, dia penuh harap dan semua amalannya akan diterima oleh Allah dengan balasan yang berlipat ganda. Bila berbuat maksiat, kemudian menyadarinya, dia segera minta ampun dan penuh harap Allah SWT akan mengampuninya. Dia yakin Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Maha Pengampun terhadap hamba-hamba-Nya.














Rabu, 13 Oktober 2010

Lampiran : 3. Apakah Islam Itu ?

Dapatkah kita menemukan penjelasan untuk alam semesta yang luas? Apakah ada interprestasi yang meyakinkan tentang rahasia keberadaannya? Kita sadar bahwa tidak ada keluarga yang berfungsi dengan baik tanpa tanggung jawab pemimpinnya. Tidak ada kota yang dapat memakmurkan keberadaannya tanpa pemerintahan yang jelas. Dan tidak ada negara yang dapat hidup tanpa adanya seorang pemimpin. Kita juga sadar bahwa tidak sesuatu pun datang dengan berdiri sendiri.
Terlebih lagi, kita mengamati bahwa keberadaan alam semesta dan fungsinya dalam tatanan yang paling rapi dan terus hidup selama ratusan bahkan ribuan tahun. Dapatkah kita mengatakan bahwa semua ini secara kebetulan dan tanpa terencana? Dapatkah kita menghubungkan keberadaan manusia dari seluruh dunia ini kebetulan belaka? Apa yang digambarkan manusia hanyalah bagian kecil dari alam semesta dan jika dapat membuat rencananya dan menyadari manfaat rencana itu kemudian keberadaan dan keberlangsungan alam semesta ini pasti juga berdasarkan rencana yang bijaksana.
Hal ini berarti bahwa ada kehendak yang terpola di belakang keberadaan jasmaniah kita dan ada kekuatan yang luar biasa untuk membawa hal-hal itu ada dan menjaga mereka tetap berjalan. Pasti ada kekuatan yang besar di dunia ini dalam bertindak untuk menjaga segala sesuatu. Alam yang indah ini pasti ada Pencipta Yang Maha Besar yang membuat bagian-bagian seni itu sangat menarik dan menghasilkan segala sesuatu untuk tujuan khusus dalam kehidupan ini.
Orang yang senantiasa mendapat penerangan yang mendalam mengakui pencipta Nya dan menyebut-Nya Allali. Dia bukanlah manusia, sebab manusia itu tidak dapat menciptakan atau membuat manusia yang lain. Dia juga bukan binatang maupun tumbuhan. Dia bukan berhala, patung, atau sejenisnya, sebab tidak ada sesuatu apa pun yang dapat membuat dirinya sendiri atau menciptakan sesuatu yang lain. Dia berbeda dengan seluruh benda sebab Dia adalah Pencipta dan Penjaga seluruhnya. Pencipta pasti berbeda dan jauh Maha Besar dari benda-benda yang Dia ciptakan.
Ada beberapa jalan untuk mengetahui Allah dan ada beberapa hal untuk memberitakan tentang-Nya. Suatu mukjizat besar yang mengagumkan dan mengesankan di dunia adalah kitab yang terbuka bagi siapa saja yang kita dapat membaca tentangnya. Lagipula Allah memberi pertolongan kepada kita melalui beberapa rasul dan wahyu-Nya yang mana Dia menurunkan untuk seluruh umat manusia. Rasul dan wahyu ini menjelaskan segala hal kepada kita yang mana kita perlu mengetahui Sang Pencipta kita.
Ajaran dan petunjuk yang lengkap yang mendukung pencipta kita sebagaimana yang dinyatakan melalui semua rasul-Nya adalah agama Islam. Islam memerintahkan supaya yakin dengan keesaan Allah yang membuat manusia sadar akan berartinya alam semesta sebagai tempatnya. Keyakinan ini membebaskan manusia dari rasa takut dan takhayul yang membuat dia sadar akan keberadaan Allah Yang Maha Kuasa dan kewajiban terhadap-Nya.
Keyakinan ini harus dilaksanakan dengan tindakan, percaya saja tidaklah cukup. Percaya dengan adanya satu tuhan "Allah" membutuhkan apa yang kita cari terhadap seluruh manusia sebagai satu keluarga di alam semesta di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa dan Yang Memelihara seluruhnya. Islam menolak ide dari pilihan orang yang menjadi tanggung jawab yang lain. Islam menyetujui kepercayaan terhadap Sang Pencipta dan yang mengerjakan perbuatan yang baik akan masuk ke surga. Dengan demikian, ada hubungan langsung yang dibangun dengan Allah tanpa ada perantara.
Islam bukanlah agama baru. Pada intinya ada pesan dan petunjuk yang sama yang Allah turunkan kepada rasul-rasul-Nya seperti Nabi Adam AS, Henog AS, Nuh AS, Ibrahim AS, Ismail AS, Ishak AS, Daud AS, Musa AS, Isa AS, dan Muhammad SAW Namun, pesan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Islam yang lebih luas, lengkap, dan paling akhir.
Al-Quran diturunkan dalam bentuk firman Allah dan sebagai sumber dasar ajaran dan hukum Islam. Di dalamnya berhubungan dengan dasar iman, moral, sejarah manusia, ibadah, pengetahuan, kebijakan, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan segala aspek. Di dalamnya berisi ajaran yang lengkap yang dapat dibangun sistem yang logis dan keadilan sosial, ekonomi, politik, perundang-undangan, ilmu hukum/yurisprudensi, hukum, dan hubungan internasional yang mana isi dari al-Quran seluruhnya penting.
Hadis yang berisi ajaran, perkataan, persetujuan, dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan dengan cermat dan dikumpulkan oleh teman setianya, penjelasan dan uraian secara terperinci ada di dalam ayat-ayat al-Quran.

Total Tayangan Halaman

Category

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Translator

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Twitter

Muhammad Tarmizi Blog. Diberdayakan oleh Blogger.

Search this blog

Design by BlogSpotDesign | Ngetik Dot Com